The Economist Intelligence Unit (EIU) merilis data mengenai kota-kota terbaik dan terburuk untuk dihuni secara permanen pada bulan Agustus 2013. Hasilnya, Melbourne dinobatkan sebagai kota terbaik untuk dihuni, sementara kota Damaskus di Suriah dianggap kota terburuk untuk menetap.
Dari skala 1-100, kota Damaskus hanya memperoleh nilai 38,4. Nilai di bawah 50 menunjukkan bahwa kota tersebut amat terbatas dalam berbagai aspek kehidupan. Ada 5 kategori utama yang dinilai oleh EIU yaitu stabilitas (keamanan), layanan kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, dan infrastruktur. Damaskus memperoleh poin minimal untuk kategori-kategori tersebut, khususnya stabilitas kota.
Menempati posisi kota terburuk ke-2 untuk menetap adalah Dhaka di Bangladesh. Dengan total nilai 38,7, Dhaka memiliki nilai terendah untuk kategori infrastruktur dan layanan kesehatan. Sementara itu, Port Moresby, ibukota Papua Nugini, dan kota Lagos di Nigeria sama-sama berada di peringkat 3 dengan nilai maksimal 38,9.
Kota Harare di Zimbabwe dan kota Aljir di Alzajair dianggap sebagai kota terburuk ke-5 dan ke-6 untuk menetap dan menjalani kehidupan. Fasilitas kesehatan di Harare merupakan yang terburuk di antara 9 kota lainnya sementara kota Aljir tak memiliki infrastruktur yang lebih baik dari kota-kota lain di dunia selain Dhaka.
Daftar 10 kota terburuk untuk menetap didominasi oleh kota-kota di Asia dan Afrika. Tak ada kota Eropa dan Amerika yang masuk ke dalam daftar tersebut. Sepertinya, kondisi krisis ekonomi yang dialami Eropa dalam beberapa tahun terakhir tak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan kota-kota di Eropa untuk dihuni. Untungnya, tak ada kota di Indonesia yang masuk dalam daftar kota terburuk untuk dihuni.
Berikut adalah daftar 10 kota terburuk untuk menetap versi The Economist Intelligence Unit
- Damaskus, Siria
- Dhaka, Bangladesh
- Port Moresby, Papua Nugini
- Lagos, Nigeria
- Harare, Zimbabwe
- Aljir, Aljazair
- Karachi, Pakistan
- Tripoli, Libya
- Douala, Kamerun
- Tehran, Iran
No comments:
Post a Comment